Sabtu, 28 Februari 2009

Washington DC




Dalam program yang saya ikuti di Amerika Serikat tahun 1988, pulangnya saya menginap 2 hari dirumah tante saya yang tinggal di Maryland berbatasan dengan Washinton DC. Sebelum menginap kami tinggal dikampus selama 3 hari untuk evaluasi program dan perpisahan. Rasanya sedih sekali harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan yang selama 5 bulan bersama dalam suka dan duka menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan. Tidak ada batasan warna kulit, agama dan darimana kita berasal, sebab kita merasa bersaudara setelah bergaul sekian lama.

Pada pesta perpisahan banyak teman yang mabuk, sebab begitu memang mereka mengekspresikan perasaan gembira dan sedih dengan banyak minum dan tertawa mengingat kejadian yang telah kita lewati bersama. Sahabat saya Paola dari Italy mengatakan saya tidak pernah meminum wine atau minuman berakohol lainnya, sebab dibandingkan dengan teman-teman muslim lainnya banyak yang tidak patuh pada aturan agama dan ikut mabuk-mabukan bersama teman yang non muslim. Keeesokan harinya pada saat perpisahan kami saling bertangisan, antara sedih mau berpisah dengan teman tapi juga bahagia sebab akan berjumpa dengan keluarga.

Saya dijemput oleh tante Lies dan om Santo yang kebetulan pada waktu itu mereka berdua masih bekerja di Kedutaan RI di Washington DC. Rumah mereka sangat asri dan cantik, didaerah perumahan yang tertata dengan baik.Mereka hanya mempunyai satu putrid yang kalau saya tidak salah ingat namanya Anne. Bersama mereka 2 hari saya diajak berkeliling Washington mengunjungi patung Abrahan Lincoln yang sangat besar, mengunjungi makam pahlawan di Arlington, dimana John F Keneddy dimakamkan..Banyak tempat yang saya mungkin sudah tidak ingat lagi secara persis namanya, diantaranya tempat dituliskannya nama-nama pahlawan Amerika yang gugur pada perang Vietnam yang dicantumkan namanya disepanjang dinding di taman yang indah..Saya juga mengunjungi museum antariksa dimana penuh sekali dengan anak sekolah yang ingin melihat berbagai kemajuan Amerika dibidang tersebut.

Satu hal yang saya tidak begitu menikmati disini adalah panjangnya antrean kalau kita mau beli minuman atau es krim, wah bisa antri paling cepat 10 menit ditengah teriknya matahari musim panas. Untuk orang bule mereka sangat menikmati musim panas yang dapat membuat kulit mereka sedikit berwarna dan tidak putih pucat. Untuk saya dengan kulit sawo matang, musim panas disana membuat warna kulit saya menjadi legam seperti tembaga, padahal seperti perempuan Indonesia pada umumnya saya malah ingin kulit yang agak putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar