Sabtu, 21 Februari 2009

Manheim, Germany

Ketika ditawari untuk mengikuti program “Training Need Analysis for Women ” di Manheim, Jerman Barat, saya menyambut dengan gembira. Pertama pelatihan itu sangat menarik karena membahas pelatihan bagi kebutuhan kaum wanita dan yang kedua saya belum pernah ke Jerman. Pelatihan diadakan selama sebulan dikota Manheim yang berada kurang lebih 2 jam dari Frakfurt. Ada sekitar 20 orang peserta dari berbagai negara Asia, Arab dan Afrika.

Kami tinggal di asrama dengan fasilitas yang baik, saya mempunyai kamar sendiri tapi berbagi kamar mandi dengan peserta dari Indonesia juga.Makan pagi, siang dan malam disediakan dikantin asrama dengan berbagai pilihan menu. Walaupun menu yang disajikan cukup beragam, tapi seperti perut melayu pada umumnya saya hanya tahan menikmati makanan kantin selama seminggu. Selebihnya saya sarapan seadanya dan makan siang dan malam kita masak bergantian bersama teman India yang vegetarian. Maksudnya bergantian disini adalah saya yang lebih sering bertugas makan dan cuci piring sebab teman India ini lebih jago masak dari saya.

Setiap pagi mulai jam 9 sampai dengan jam 5 sore kami diberikan satu topik untuk dibahas, lalu masing-masing peserta akan membahasnya secara berkelompok dan mendiskusikan kembali dalam kelompok besar. Temanya selalu tentang bagaimana mendorong agar para perempuan melakukan pelatihan atau memilih pekerjaan diluar pekerjaan khas perempuan. Kebanyakan karir perempuan selalu berada dibidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Pelatihan ini bertujuan agar nanti kami menjadi pionir untuk mendorong wanita memilih karirnya dibidang misalnya teknologi, otomotif, pilot, dan pekerjaan lain yang masih didominasi oleh laki-laki. Peralatan pelatihan sangat memadai dan kreatif, berbagai bentuk kertas tebal dapat digunakan sebagai media untuk menulis bahan presentasi.Ada yang bulat, kotak, lonjong, segitiga dengan berbagai warna.Hasil akhir dari presentasi kita ditempelkan di soft board dan dapat berupa gambar pohon, bunga atau bentuk lain sesuka kita.

Setiap pagi saya berjalan kaki mengelilingi daerah sekitar asrama yang luas dan penuh dengan pepohonan rindang. Banyak kelinci berkeliaran dengan bebas dari yang kecil mungil sampai yang gendut, ada yang putih, coklat tapi kebanyakan berwarna abu-abu. Tidak ada yang mengganggu kelinci itu, apalagi menembaknya untuk dimakan.Bedanya negara maju dengan negara kita, kalau di tanah air kelinci tadi tidak akan berumur panjang, mereka akan berakhir di penggorengan atau ditangkap untuk dijual.

Kami sempat selama 2 hari mengunjungi Hanover untuk melihat expo yang berisi semua stand dari seluruh negara yang memamerkan keunggulannya masing-masing, termasuk Indonesia. Saya mempunyai teman Jerman di Hanover yang sudah sejak tahun 1988 tidak berjumpa sejak kami mengikuti program bersama di Amerika. Saya berkesempatan menemuinya dan diajak kerumahnya serta melihat sebuah taman yang sangat indah dan tertata dengan rapih.

Mudah-mudahan pengalaman yang saya dapatkan dalam pelatihan di Jerman dapat bermanfaat bagi kaum perempuan ditanah air. Bedanya kalau di jerman para perempuan didorong untuk maju memasuki pekerjaan di area laki-laki karena perempuan sudah merasa tanpa bekerjapun mendapatkan tunjangan, tapi kalau di Indonesia sudah banyak perempuan bekerja sebagai sopir taksi, buruh pemecah batu dan pekerjaan laki-laki lainnya karena terpaksa harus membantu mencari sesuap nasi untuk keluarganya. Nasib….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar