Jumat, 03 April 2009

Suatu Hari di Lugano




Jika surga diciptakan dengan segala sungai-sungai yang ada di dalamnya dengan hamparan hijau dan pepohonan rindang diselingi bunga-bungaan, mungkin Lugano dapat menggambarkan sepotong kecil bayangan surge yang begitu indah dan serasi.
Saya berkesempatan menikmati Lugano dan keindahannya benar-benar hanya satu hari. Dimulai dengan tiba pada sore hari yang sejik dan cerah dalam siraman cahaya matahari musim panas. Kami berjalan-jalan menikmati keindahan danau sambil melihat kesibukan penduduk setempat dan turis yang menikmati liburan musim panasnya
Karena Lugano dekat dengan perbatasan Milan,Italia maka bahsa yang digunakan adalah bahasa Italia. “Bonjorno” sapaan hangat saat kami bertemu dan “Grazie” atau terima kasih adalah 2 kata yang saya ingat. Makan malam di cafĂ© pizza yang berhadapan langsung dengan danau menambah romantic suasana. Menu khas Italia spaghetti dan pizza yang merupakan resep andalan restoran tersebut adalah pilihan kami rasa segar dan lezat makanan Italia ini sangat terasa, apalagi ditambah dengan segelas minuman segar. Hanya waktu membayar saja rasanya jadi agak berat, sebab untuk makan berdua saja kami harus membayar sebesar Rp.350.000.

Dalam perjalanan selama 30 menit dari Lugano ada suatu outlet besar sekali bernama “Fox Town” yang terletak yang terletak di Mendriso. Berbagai macam barang dengan merek ternama seperti Armani,Bally,Dior,Dolce & Gabanan,Gucci,Hugo Boss,Prada,Esprit ada di situ. Begitu juga dengan berbagai macam jam buatan Swiss yang terkenal juga ada di sana. Outlet yang memiliki 4 lantai itu begitu menarik untuk dikunjungi. Mungkin kalau saja saya mendapatkan penghasilan sebesar penghasilan orang-orang swiss segalanya menjadi murah, tetapi kalau dihitung dengan rupiah tetap saja mahal. Saya hanya membeli barang yang benar-benar obral saja dan saya yakin betul harganya sangat murah bila dibandingkan jika membeli di tanah air.
Tidak terasa 4 jam sudah berlalu, dan kami harus berkumpul kembali untuk kembali ke Geneva. Dari tempat Mendriso ke Geneva memerlukan waktu selama 5 jam perjalanan dengan mobil. Kami menyewa mobil yang dapat memuat 7 orang. Kalau bukan karena Ima dan Saras, dua teman saya yang berpengalaman berpergian menyetir sendiri di luar negri, tidak mungkin kami berani menyewa mobil. Selain setir kiri juga kami tidak mengerti jalan. Hebatnya ada semacam alat kecil yang dipasang di mobil yang memandu sopir ke tempat tujuan dengan jelas. Mulai dari belok kanan,memutar,ada terowongan, masuk tol, dan sebagainya, dipandu dengan jelas oleh alat itu.
Saya berfikir , alat ini pasti akan sangat susah diterapkan di Jakarta. Lha wong banyak jalan tikusnya dan banyak jalan ditutup untuk acara perkawinan. Perjalanan menuju Geneva melewati pegunungan es yang sangat indah dan menakjubkan. Timbunan es terletak di kiri kanan jalan seperti sebuah lukisan kanvas yang sangat indah, sampai-sampai kami ahrus berhenti dan yakin bahwa hamparan e situ asli, bukan lukisan setelah kami menyentuhnya. Kebun anggur,hamparan rumput hijau dengan sapi coklat, hitam dan putih, danau yang membiru serta rumah-rumah yang cantik berhiaskan bunga-bunga berwarna merah serasa berada di negri dongeng.

Indonesia sebenarnya tidak kalah cantiknya dengan Lugano, dengan segala keindahannya, keperawanan alamnya, keramahan penduduknya dan juga berbagai macam makanan yang enak dan tidak kalah lezatnya dengan pizza atau pun sphageti. Sayangnya kita tidak tahu pasti kapan persisnya negri ini akan menjadi penopang ekonomi rakyat, dan kapan pula keindahannya akan dikunjungi oleh wisatawan yang belum mengenal semua tentang Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar