Minggu, 19 April 2009

Malaysia

Perjalanan ke Malaysia ini adalah perjalanan saya dan anak-anak pada tahun 2003. Kami menggunakan Malaysian Airlines ke Sydney dan mampir selama sehari di Malaysia. Saya senang mampir ke Kuala Lumpur karena bandaranya bagus dan aman sekali. Begitu kita mendarat, maki menitipkan kopor besar di Bandara dan hanya membawa baju secukupnya ke kota. Di Bandara kami meilih hotel Nova yang terletak di Bukit Bintang, kawasan perbelanjaan dan bisnis yang terkenal di Malaysia. kami naik bis kesana dan diantar langsung ke hotel. Hotelnya bersih dan tidak mahal, apalagi terletak ditengah pertokoan dan berbagai penjual makanan ada disana.

Malam harinya kami makan kari ayam dan roti canai ditambah dengan teh tarik yang enak dan segar. Kami juga mengunjungi pertokoan yang ada disekitar sana. Untuk elektronik rasanya di Malaysia lebih murah, sehingga kami membeli kamera. Besoknya kami mengunjungi istana raja dan melihat parade prajurit kerajaan yang dengan pakaian khas Melayu tapi dengan tradisi seperti tentara Inggris melakukan upacara penggantian petugas jaga.

Hong Kong

Tahun 1995 saya dikirim oleh perusahaan ke Hongkong untuk mengikuti konferensi tentang "HR Compliance" yaitu dasar-dasar peraturan tentang ketenaga kerjaan yang harus dipatuhi. Sebetulnya lebih menyerupai kode etik, seperti bagaimana menghargai rekan kerja, tidak bicara kotor, porno dan menjaga lingkungan kantor dari segala bentuk pelecehan. Setelah acara 2 hari selesai, maka saya stay 1 malam lagi di Hongkong, ditemani oleh teman kuliah saya Ajie dan Rini yang kebetulan saat itu menetap dan bekerja di Hongkong. Saya yang tadinya hanya membawa tas koper kecil, akhirnya menjadi bengkak karena belanja segala macam barang yang bagus mutunya dan murah.Pada saat itu tas atau jam tangan tiruan buatan Hongkong adalah yang terbaik, sehingga saya membeli beberapa buat dijual kembali.

Banyak saudara kita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong, pada hari Minggu mereka berkumpul di Victoria Park dengan berbagai gaya pakaian yang sangat modis. Perlindungan TKW kita di Hongkong cukup baik dibandingkan dengan di negara lainnya.
Saya sempat berjalan-jalan naik bis mengelilingi kota Hongkong yang tertata rapi dan juga naik boat. Berbagai baju dengan model shanghai saya beli sebagai oleh2.

Rabu, 08 April 2009

Venezia



Bulan November 2008 saya berkesempatan mengikuti pelatihan di International Training Center di Turin, Ada waktu 1 hari untuk berjalan-jalan ke Venezia. Sebuah kota cantik yang tidak mempunyai jalan darat, semuanya diatas air. Jadi pulau kecil itu hanya mempunyai sarana transportasi air. Cantik sekali kotanya, romantis, banyak pasangan yang khusus berbulan madu kesana. Jmulah turis yang datang tidak pernah berhenti, rasanya sejak siang kami datang sampai sore kembali, aliran turis dari seluruh dunia tidak pernah terputus.Banyak orang Afrika yang menjual tas tiruan buatan Cina kayanya disepanjang jalan. Rasanya jauh sekali mutu dan harganya dibandingkan dengan aslinya.

Saya hanya melihat-lihat saja dan membeli beberapa syal, dasi dan topi yang berharga sekitar 10 Euro, sebab semuanya mahal dan kita bisa membeli di Indonesia dengan harga yang lebih murah. Seperti kota tua lainnya di Eropah Venezia sangat cantik dipenuhi oleh berbagai bangunan kuno yang besar dan anggun. Kalau laut pasang, maka beberapa tempat di kota itu akan digenangi air.

Jumat, 03 April 2009

Suatu Hari di Lugano




Jika surga diciptakan dengan segala sungai-sungai yang ada di dalamnya dengan hamparan hijau dan pepohonan rindang diselingi bunga-bungaan, mungkin Lugano dapat menggambarkan sepotong kecil bayangan surge yang begitu indah dan serasi.
Saya berkesempatan menikmati Lugano dan keindahannya benar-benar hanya satu hari. Dimulai dengan tiba pada sore hari yang sejik dan cerah dalam siraman cahaya matahari musim panas. Kami berjalan-jalan menikmati keindahan danau sambil melihat kesibukan penduduk setempat dan turis yang menikmati liburan musim panasnya
Karena Lugano dekat dengan perbatasan Milan,Italia maka bahsa yang digunakan adalah bahasa Italia. “Bonjorno” sapaan hangat saat kami bertemu dan “Grazie” atau terima kasih adalah 2 kata yang saya ingat. Makan malam di cafĂ© pizza yang berhadapan langsung dengan danau menambah romantic suasana. Menu khas Italia spaghetti dan pizza yang merupakan resep andalan restoran tersebut adalah pilihan kami rasa segar dan lezat makanan Italia ini sangat terasa, apalagi ditambah dengan segelas minuman segar. Hanya waktu membayar saja rasanya jadi agak berat, sebab untuk makan berdua saja kami harus membayar sebesar Rp.350.000.

Dalam perjalanan selama 30 menit dari Lugano ada suatu outlet besar sekali bernama “Fox Town” yang terletak yang terletak di Mendriso. Berbagai macam barang dengan merek ternama seperti Armani,Bally,Dior,Dolce & Gabanan,Gucci,Hugo Boss,Prada,Esprit ada di situ. Begitu juga dengan berbagai macam jam buatan Swiss yang terkenal juga ada di sana. Outlet yang memiliki 4 lantai itu begitu menarik untuk dikunjungi. Mungkin kalau saja saya mendapatkan penghasilan sebesar penghasilan orang-orang swiss segalanya menjadi murah, tetapi kalau dihitung dengan rupiah tetap saja mahal. Saya hanya membeli barang yang benar-benar obral saja dan saya yakin betul harganya sangat murah bila dibandingkan jika membeli di tanah air.
Tidak terasa 4 jam sudah berlalu, dan kami harus berkumpul kembali untuk kembali ke Geneva. Dari tempat Mendriso ke Geneva memerlukan waktu selama 5 jam perjalanan dengan mobil. Kami menyewa mobil yang dapat memuat 7 orang. Kalau bukan karena Ima dan Saras, dua teman saya yang berpengalaman berpergian menyetir sendiri di luar negri, tidak mungkin kami berani menyewa mobil. Selain setir kiri juga kami tidak mengerti jalan. Hebatnya ada semacam alat kecil yang dipasang di mobil yang memandu sopir ke tempat tujuan dengan jelas. Mulai dari belok kanan,memutar,ada terowongan, masuk tol, dan sebagainya, dipandu dengan jelas oleh alat itu.
Saya berfikir , alat ini pasti akan sangat susah diterapkan di Jakarta. Lha wong banyak jalan tikusnya dan banyak jalan ditutup untuk acara perkawinan. Perjalanan menuju Geneva melewati pegunungan es yang sangat indah dan menakjubkan. Timbunan es terletak di kiri kanan jalan seperti sebuah lukisan kanvas yang sangat indah, sampai-sampai kami ahrus berhenti dan yakin bahwa hamparan e situ asli, bukan lukisan setelah kami menyentuhnya. Kebun anggur,hamparan rumput hijau dengan sapi coklat, hitam dan putih, danau yang membiru serta rumah-rumah yang cantik berhiaskan bunga-bunga berwarna merah serasa berada di negri dongeng.

Indonesia sebenarnya tidak kalah cantiknya dengan Lugano, dengan segala keindahannya, keperawanan alamnya, keramahan penduduknya dan juga berbagai macam makanan yang enak dan tidak kalah lezatnya dengan pizza atau pun sphageti. Sayangnya kita tidak tahu pasti kapan persisnya negri ini akan menjadi penopang ekonomi rakyat, dan kapan pula keindahannya akan dikunjungi oleh wisatawan yang belum mengenal semua tentang Indonesia.

Kamis, 02 April 2009

Konstanz, Germany


Ada suatu kota kecil di Jerman yang bernama Konstanz, kotanya kuno, indah dan menyenangkan. Rasanya kalau di Eropah hampir semua kota kecil mempunyai karakteristik seperti ini, bangunannya kuno, terbuat dari batu besar berwarna kelabu, tiangnyan kokoh, begitu juga toko-toko yang ada berupa bangunan kuno yang cantik. Baru kalau kita masuk kedalam toko, maka akan terlihat sesuatu yang modern yang dijual. Hampir 8 hari penuh kami disana bersama dengan rombongan dari Kadin Indonesia, Papua, Aceh. Bali, Kaltim, Kepri dan Sulut. Program ini adalah dalam rangka penguatan organisasi Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) yang pembentukannnya didorong oleh Kadin. BKSP bertugas mendorong pengembangan system sertifikasi profesi oleh dunia industri, sehingga link and match antara keluaran SMK dan Politeknik sejalan dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. BKSP yang telah terbentuk pada waktu itu melakukan studi banding ke Jerman.

Kenapa Jerman? Jerman dengan sistem gandanya sudah berpengalam selama 100 tahun dalam menjalankan “dual system”. Sekolah kejuruan baik tingkat SMK maupun politekniknya, kewenangan untuk sekolah vokasi diberikan kepada Kadin Jerman atau DIHK. Mulai dari pembuatan kurikulum, pengaturan jadwal magang sampai penentuan siapa trainer, assessor yang kebanyakan adalah sukarela dan berasal dari dunia industri. Pemerintah hanya konsentrasi dalam menyediakan fasilitas pembelajaran yang bersifat teori, sedangkan prakteknya dalam bentuk magang diserahkan kepada DIHK. Guru di sekolah mengajarkan tentang teori tapi prakteknya dijalankan oleh para supevisor langsung di industri.

Kota Konstanz di musim gugur sangat dingin untuk ukuran saya, rasanya tersiksa setiap malam harus berjalan kaki selama 10 menit menuju kesebuah restoran modern yang sebenarnya sangat lezat. Karena hampir setiap malam kesana ditengah dinginnya udara dan kadang disertai hujan, jadi rasanya pada malam ke lima sudah mulai tidak lezat lagi.Kalau bisa makan pop mie saja dikamar hotel, dasar perut melayu.Pernah saya harus berjalan sendirian kesana karena beberapa teman sudah berangkat, rasanya seperti di film dracula deh berjalan cepat ditengah rintik hujan, gelap, sepi dan dingin melewati bangunan kuno. Tiba-tiba saya terkaget mendengar suara jam yang besar yang berasal dari gereja tua, persis fil horor. Uh rasanya senang sekali akhirnya sampai dengan selamat.

Konstanz merupakan kota pembuatan sepatu, saya membeli oleh-oleh untuk suami dan anak-anak yang ternyata memang betul buatannya bagus sekali dan awet.. Bedanya dengan sepatu buatan kita adalah kenyamanan dipakainya, mungkin sudah lewat penelitian dan mesin yang lebih canggih.Sepatu buatan kita sudah sama indahnya tapi kadang tidak enak bahkan sakit kalau dipakai berjalan.Di Universitas setempat ada jurusan bahasa Indonesia, kami sempat bertemu dengan salah seorang profesor yang mengajar bahasa Indonesia.Beliau sudah beberapa kali datang dan tinggal di Indonesia dan bahasa Indonesianya sudah sangat bagus, bahkan bisa bahasa Jawa. Enaknya jadi Prof di Jerman, pakaian yang dikenakan casual, jeans dan jaket, naik sepeda pula.

Ada satu istana kecil terletak diatas bukit yang kami kunjungi, wah seperti dalam film zaman dulu, dimana istana dikelilingi tembok tinggi, ada jembatan gantung yang bisa ditarik.Jadi kalau musuh datang pintu ditutup dengan ditarik dan musuh tidak masuk sebab dihalangi oleh sungai dalam dan juga panah-panah yang akan ditembakan dari atas istana. Banyak para bangsawan pemilik istana yang sudah tidak sanggup mengurus istananya, maka mereka membuka istananya untuk umum dimana pemerintah membantu biaya perawatan dan juga hasil dari pengunjung yang datang dan penjualan cindera mata.

Konstanz juga ada danaunya, keindahan danau tetap terasa walau pepohonan gundul tidak berdaun dan sedikit bebek, burung dan angsa yang berkeliaran diatas danau. Walau dingin ada juga beberapa orang yang tahan memancing dipinggir danau. Konstanz seperti layaknya kota kecil menyimpan keramahan dan keterbukaan penduduknya. Pemilik hotel adalah dua nenek tua yang masih gesit melayani tamu.Mereka berdua bahu membahu menyiapkan makan pagi, meladeni tamu dan juga membersihkan kamar.Hotel kecil itu mempunyai sekitar 20 kamar, terletak dipinggir jalan. Lucunya hotel itu kaya asrama saja sebab sesudah jam 10 malam dikunci akses masuk kedalam hotel dan juga keluar. Hidup di Eropah dengan tenaga kerja yang minim memang segala sesuatunya harus dilakukan secara mandiri

Rabu, 01 April 2009

Pesona Jenewa, Swiss

Beberapa waktu lalu, Iftida Yasar mengikuti konferensi perburuhan se-dunia (ILC) di Jenewa, kota tua di Swiss yang menyimpan sejuta pesona. Berikut cuplikan kisahnya:

Sebelum berangkat untuk mengikuti sidang tahunan ke 95 International Labour Conference (ILC) saya tidak sempat mengecek berapa suhu udara di sana. Karena sudah masuk ke musim semi, maka saya perkirakan cuaca sekitar 18 sampai 20 derajat C. Begitu mendarat di bandara Zurich dan keluar dari pesawat, angin dingin terasa menusuk tulang diitambah hujan gerimis membuat saya kedinginan. Saya menyesal tidak membawa persediaan baju hangat yang memadai. Rupanya suhu masih antara 10 - 12 derajat C.
Suasana demam piala dunia sepakbola 2006 sudah mulai terasa begitu memasuki bandara Dubai International Airport.Semua pesawat Emirates ditulis “Official partner for world Cup 2006, Germany “. Di Genewa rupanya ada pertandinganpersahabatan antara Brazil dan New Zealand.Sepanjang jalan dipenuhi para supporter Brazil yang mengenakan kostum berwarna hijau kuning.
Memasuki hari ketiga apalagi sudah menuju kearah selatan daerah yang lebih hangat yaitu Geneva membuat perjalanan ini menjadi lebih menyenangkan. Walaupun masih musim semi, matahari sampai jam 22.00 masih bisa dinikmati sambil minum kopi menghadap danau atau sungai yang jernih dengan latar belakang pegunungan yang hijau.Walaupun menurut ukurn orang asia udara masih sejuk tapi orang Swiss pada saat istirahat makan siang sudah mulai berjemur diri ditaman sambil menikmati makan siang.
Rata-rata kota di Swiss dikelilingi oleh pegunungan Alpen yang masih menyisakan salju di puncaknya dan juga memiliki sungai dan danau yang jernih dan banyak ikannya. Ada tiga bahasa yang sering dipakai di Swiss yakni bahasa Jerman yang merupakan bahasa nasional, bahasa Perancis dan bahasa Italia. Jadi, jika Anda baru saja belajar menggunakan bahasa Jerman dengan Gutten Morgen ketika di Zurich, begitu sampai di Geneva sudah berubah lagi menjadi Bonjour. Sayang sekali, saya tidak sempat menginjakkan kaki di daerah yang berbatasan dengan Italia, sehingga ucapan salam Bonjorno belum sempat dipakai.
Sepanjang pengamatan saya, rata-rata orang Swiss cantik dan ganteng. Wanitanya ramping dengan kulitnya yang halus. Laki-lakinya juga ganteng dan menarik, termasuk kondektur kereta api yang saya saya jumpai, yang gantengnya mirip dengan David Beckham. Mereka juga ramah dan helpfull jika kita menanyakan tentang sesuatu. Angkutan umum seperti kereta api, bis dan boat sangat baik dan nyaman.Jangan tanya berapa harganya, sebab jarak sekitar 10 km saja kita harus membayar sekitar Rp 30.000/sekali perjalanan. Lebih baik membeli karcis terusan yang dapat digunakan untuk angkutan kereta api, bis dan boat.
Saya membeli karcis terusan untuk 4 hari yang bisa digunakan tidak secara berurutan yang dapat digunakan untuk seluruh Swiss dengan harga 295 Swiss frank.Harga ini kalau di kurs cukup mahal sekitar Rp 2.250.000,- tapi jauh lebih murah dibandingkan jika kita membeli secara satuan. Dengan karcis ini saya berkeliling ke Lucerne, suatu kota tujuan wisata yang sangat indah yang jaraknya 2 jam dari Zurich.
Saya juga menikmati indahnya danau di Lucerne dengan naik kapal pesiar yang berkeliling melewati kota-kota kecil yang indah di sekitar pegunungan. Jangan lupa untuk mengambil rute "Golden Panaromic" yaitu sebuah perjalanan dengan kereta wisata yang memakan waktu sekitar 10 Jam pulang pergi menikmati indahnya seluruh dataran Swiss dengan pemandangan alamanya yang sangat bersih dan indah.
Soal makanan, di kota ini sangat mahal. Makan siang yang sederhana di restoran Thai, misalnya nasi dengan tumis ayam dan sayur serta teh panas menghabiskan sekitar Rp140.000/orang.
Sebenarnya masih banyak obyek iwisata utama di Jenewa. Misalnya Jet d'Eau (jet-air atau air mancur) dengan ketinggian 140 meter di Danau Jenewa yang dapat dilihat dari seluruh kota. Tempat wisata lainnya adalah Flower Clock, Art and History Museum (Museum Seni dan Sejarah), International Red Cross and Red Crescent Museum (Museum Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional), serta Palais des Nations yang merupakan markas PBB di Eropa.
Setelah beberapa hari menikmati indahnya Jenewa, saya jadi teringat Indonesia. Rasanya kita banyak mempunyai pemandangan yang sama indahnya dengan Swiss, tapi perbedaan besarnya adalah di Indonesia sampah bertebaran dimana-mana.