Sabtu, 28 Februari 2009

Hollywood



Hollywood, Los Angeles

Sebelum kembali ke tanah air, dari Washington saya mampir lagi ke Los Angeles, dimana disana ada tetangga dan teman main saya dari kecil Dewi. Kapan lagi jalan-jalan ke Los Angeles mumpung masih di Amerika. Untung saja hal itu saya lakukan sebab ternyata dari tahun 1988 sejak saya menginjakan kaki di Ameriika Serikat, saya belum mendapat kesempatan lagi kesana. Setidaknya kalau saya lihat film Amerika yang hebat-hebat ternyata studionya biasa saja, tapi effect tata lampu dan peralatan yang canggih membuat film yang dihasilkan menjadi demikian hebat.

Di studio sangat ramai sekali sebab sedang liburan musim panas, selain penduduk lokal, banyak rombongan turis Jepang dengan dipandu oleh pemandu wisata yang membawa bendera dengan gaya disiplin dan sopan. Bahasa Jepang dalam arti selamat datang ataupun ucapan dari pembawa acara disetiap pertunjukan menandakan bahwa turis Jepang dihargai disana.Dengan uang yang ada mereka tidak perlu harus berbahasa Inggris, malah Amerika yang berusaha untuk menerima mereka dengan bahasa Jepang.

Tempat yang saya kunjungi ada beberapa, mungkin pembaca masih ingat bagaimana seramnya ikan hiu dalam film Jaws. Wah ternyata disana hanya sekedar kepala ikan hiu yang digerakkan oleh mesin dengan rel disebuah empang dengan latar belakang pemandangan laut yang besar. Kita naik perahu kecil dan dari jauh terlihat sang hiu gadungan mendekati kita dan akan membuka mulutnya lebar-lebar ketika sudah dekat. Penonton menjerit kaget dan senang melihat sang hiu palsu beraksi.

Tempat lain yang tidak kalah serunya adalah tempat shooting King Kong lengkap dengan sang King Kong disana dan suaranya yang menggelegar. Film ”The Ten of Comondements” memperlihatkan bagaimana laut dibelah oleh tongkat ajaib Nabi Musa, Tempatnya biasa saja dan tidak terlalu luas tapi kesan yang dihasilkan filmya menjadi nyata sekali. Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah semacam cuplikan film ”Miami Vice”, dimana Don Johnson gadungan beraksi lengkap dengan tembakan dan ledakan serta api palsu dan kejar-kejaran di sepanjang sungai kecil yang mengitari panggung pertunjukan.

Perjalanan mengitari Hollywood dan dunia mimpi diakhiri dengan memakan hamburger, kentang dan coca cola, rasanya benar-benar seperti di Amerika.

Washington DC




Dalam program yang saya ikuti di Amerika Serikat tahun 1988, pulangnya saya menginap 2 hari dirumah tante saya yang tinggal di Maryland berbatasan dengan Washinton DC. Sebelum menginap kami tinggal dikampus selama 3 hari untuk evaluasi program dan perpisahan. Rasanya sedih sekali harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan yang selama 5 bulan bersama dalam suka dan duka menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan. Tidak ada batasan warna kulit, agama dan darimana kita berasal, sebab kita merasa bersaudara setelah bergaul sekian lama.

Pada pesta perpisahan banyak teman yang mabuk, sebab begitu memang mereka mengekspresikan perasaan gembira dan sedih dengan banyak minum dan tertawa mengingat kejadian yang telah kita lewati bersama. Sahabat saya Paola dari Italy mengatakan saya tidak pernah meminum wine atau minuman berakohol lainnya, sebab dibandingkan dengan teman-teman muslim lainnya banyak yang tidak patuh pada aturan agama dan ikut mabuk-mabukan bersama teman yang non muslim. Keeesokan harinya pada saat perpisahan kami saling bertangisan, antara sedih mau berpisah dengan teman tapi juga bahagia sebab akan berjumpa dengan keluarga.

Saya dijemput oleh tante Lies dan om Santo yang kebetulan pada waktu itu mereka berdua masih bekerja di Kedutaan RI di Washington DC. Rumah mereka sangat asri dan cantik, didaerah perumahan yang tertata dengan baik.Mereka hanya mempunyai satu putrid yang kalau saya tidak salah ingat namanya Anne. Bersama mereka 2 hari saya diajak berkeliling Washington mengunjungi patung Abrahan Lincoln yang sangat besar, mengunjungi makam pahlawan di Arlington, dimana John F Keneddy dimakamkan..Banyak tempat yang saya mungkin sudah tidak ingat lagi secara persis namanya, diantaranya tempat dituliskannya nama-nama pahlawan Amerika yang gugur pada perang Vietnam yang dicantumkan namanya disepanjang dinding di taman yang indah..Saya juga mengunjungi museum antariksa dimana penuh sekali dengan anak sekolah yang ingin melihat berbagai kemajuan Amerika dibidang tersebut.

Satu hal yang saya tidak begitu menikmati disini adalah panjangnya antrean kalau kita mau beli minuman atau es krim, wah bisa antri paling cepat 10 menit ditengah teriknya matahari musim panas. Untuk orang bule mereka sangat menikmati musim panas yang dapat membuat kulit mereka sedikit berwarna dan tidak putih pucat. Untuk saya dengan kulit sawo matang, musim panas disana membuat warna kulit saya menjadi legam seperti tembaga, padahal seperti perempuan Indonesia pada umumnya saya malah ingin kulit yang agak putih.

Senin, 23 Februari 2009

Niagara Falls


Niagara falls atau air terjun Niagara adalah salah satu dari air terjun yang terbesar didunia.Terletak di Kanada, tepatnya dikota Ontario yang berbatasan langsung dengan salah satu kota di Amerika Serikat. Perjalanan ke Ontario dapat dilakukan melalui jalan darat dari Amerika Serikat dengan dilengkapai visa masuk.Berhubung kami adalah rombongan internasional dari berbagai negara yang sedang mengikuti program di Amerika Serikat, maka visa didapatkan dengan mudah melalui panitia penyelenggara dari pihak Amerika Serikat.Walaupun semua peserta mendapatkan izin masuk, tapi terdapat perbedaan perlakuan, kami yang berasal dari negara Asia dan Afrika hanya mendapatkan visa untuk tinggal selama 1 minggu, sedangkan teman-teman dari negara Eropah dan Amerika Serikat mendapatkan visa lebih dari 1 minggu walaupun kami datang dan pergi bersamaan dalam satu rombongan.


Sebelum mengunjungi air terjun niagara, kota pertama yang kami singgahi adalah Ontario, suatu kota yang sangat lengang, besar dan bersih.Sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Perancis. Pada musim semi kota Ontario sangat cantik dan bersih, perpaduan antara rindangnya pohon besar dan taman kota yang penuh dengan bunga yang indah.Sungguh mengagumkan melihat bagaimana pemerintah menata kotanya dengan memelihara pohon besar yang tersebar dimana-mana.Melihat penampilan fisiknya mungkin pohon besar tersebut sudah berusia lebih dari seratus tahun. Dengan situasi seperti itu tidak heran banyak burung merpati yang jinak beterbangan dan akan mendekat jika kita berikan makanan untuk mereka.

Air terjun Niagara sangat luas, membentang sejauh...meter dengan membentuk huruf L, sebagian berada di wilayah amerika Serikat dan sebagian besar berada di wilayah Kanada.Jika ingin melihat dan mendekati air terjun secara langsung harus masuk ke negara Kanada. Udara sangat cerah pada saat itu, kami menaiki kapal kecil untuk tepat sampai dekat dengan air terjun Niagara. Kami semua dilengkapi dengan jas hujan yang cukup tebal untuk melindungi badan dari angin dingin dan percikan air yang cukup deras menerpa wajah kami.Seperti anak kecil saja dengan riang bermain hujan diatas kapal yang terombang ambing mencoba mendekati air terjun.Percikan air dingin kewajah dan sebagaian tubuh cukup menyegarkan ditambah dengan sensasi spektakuler mendekati langsung air terjun membuat pengalaman yang mengesankan.Pada malam hari kita dapat menyaksikan air terjun dalam kilauan warna warni ceria yang berasal dari sorotan lampu aneka warna membuat pemandangan yang juga menakjubkan.

Banyak pengunjung membuat foto didepan air terjun niagara yang sangat indah dan menakjubkan.Berfoto dengan latar belakang pemandangan air terjun yang sedemikian lebar dan indah tentu saja menjadi kenangan tak terlupakan. Disekitar niagara juga banyak penjual souvenir cantik yang menggambarkan keindahan air terjun, atau kerajinan tangan buatan orang indian seperti kalung manik2 (mirip dengan buatan suku dayak Kalimantan) dan juga berbagai boneka dan perlengkapan ala indian. Bahasa resmi yang digunakan di Canada adalah Inggris dan Perancis.

Andaikata kita dapat memelihara keindahan alam kita dengan baik, menyediakan fasilitas jalan yang mulus dan juga yang terpenting adalah rasa aman, rasanya Indonesia tidak kalah cantik dan menariknya dengan tempat-tempat indah lainya diluar negeri.

Sabtu, 21 Februari 2009

Morgantown, west Virginia









Kalau pernah mendengar lagu “Country Road” dari John Denver, kata awalnya adalah “ Almost heaven..West Viginia, dst… disanalah saya berkesempatan mengikuti suatu program pertukaran pekerja sosial di sebuah kota kecil yang bernama Morgantown, West Viginia di Amerika Serikat selama 5 bulan. Dari New york perjalanan kekota tersebut dapat dilakukan lewat jalan darat sekitar 5 jam. Penduduk kota tersebut tidak lebih dari 300 ribu jiwa, kebanyakan bekerja di universitas karena ada University of west Virginia disana, atau Rumah sakit dan kantor pemerintah. Kota ini dikelilingi pegunungan, tidak heran diakhir musim semi masih tersisa salju yang cukup tebal.Masa orientasi bagi peserta sekitar 3 hari dilakukan di pondokan diatas gunung dan ini cukup menyiksa bagi saya yang tidak membawa perlengkapan baju dingin yang memadai karena tidak menyangka masih bertemu dengan hujan salju.

Saya ditempatkan disebuah Lembaga Bantuan Hukum di Universitas yang bekerja untuk memberikan bantuan hukum terhadap orang yang tidak mampu. Bangsa Amerika sangat suka membaca, dibandingkan dengan perpustakaan kita untuk kantor lembaga Bantuan Hukum yang tidak terlalu besar, dipenuhi dengan beragam buku tebal yang sangat lengkap.Untuk membahas suatu kasus mereka berdiskusi sambil membuka berbagai jenis buku sebagai referensi. Uang saku yang saya terima habis untuk membeli buku loakan yang sangat murah harganya dan ongkos kirim ke tanah air. Rasanya tidak tahan untuk tidak membeli berbagai macam buku bekas yang masih sangat layak baca dengan harga beberapa sen, yah paling mahal sekitar $ 1. Masalah yang paling sering ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum ini biasanya masalah kekerasan dalam rumah tangga. Istri dipukul suami atau anak di siksa atau diabaikan oleh orang tuanya. Banyak orang tua yang mabuk atau menggunakan obat bius yang akhirnya fly dan menelantarkan anaknya berhari-hari. Biasanya akan ada petugas sosial yang mengambil anak itu untuk diurus negara sampai pengadilan memutuskan apakah memang terbukti mereka tidak layak menjadi orang tua.Jika terbukti maka anak itu akan dipelihara negara sampai menemukan orang tua angkat yang ditunjuk pengadilan.

Pengalaman unik lainnya adalah melayani para tunawisma disebuah gereja yang cukup besar.Berbeda dengan tunawisma kita yang kurus-kurus, tunawisma di Amerika kebanyakan gemuk dan bertubuh subur. Menu makanan yang disajikan juga terbilang mewah untuk ukuran kita.Ada sop, makanan utama (ayam atau daging dan sayuran), buah dan makanan penutup seperti pudding atau kue tart.Tidak heran badan mereka tumbuh subur. Kalau musim dingin sangat berat untuk para tunawisma ini, mereka harus menyelimuti diri dengan pakaian yang cukup tebal sebab.walaupun pemerintah menyediakan tempat penampungan sementara tapi hanya untuk malam hari dan diprioritaskan untuk wanita dan anak-anak.

Karena kota Morgantown sangat kecil, maka pilihan makanan kurang bervariasi, saya memilih masak tiap hari ketimbang harus makan salad dan barbeque atau makanan amerika lainnya yang menurut saya rasanya “cemplang’ dibandingkan dengan masakan Indoensia yang penuh dengan bumbu. Setiap hari sepulang kerja saya langsung masak didapur dengan bahan apa adanya dikulkas untuk seluruh keluarga.Alhasil saya disayang oleh keluarga angkat terutama oleh anak-anaknya yang sangat menikmati makanan yang saya masak. Padahal kalau di Indonesia masakan saya sudah pasti tidak termasuk dalam daftar pilihan makanan bagi yang mengetahui rasa makanan enak

Amerika dengan segala kemegahan dan keindahannya tetap saja lebih menarik Jakarta dengan segala hiruk pikuknya untuk saya. Rasanya ingin cepat pulang kangen dengan pijatan dan luluran si mbok dan tukang jajanan segala macam yang setiap saat lewat didepan rumah tanpa harus cape-cape masaka sendiri. Yang patut dicontoh adalah dimanapun di Amerika, dipuncak gunung terpencil, atau dipelosok selalu ada fasilitas jalan raya yang mulus, listrik dan air yang sangat memadai. Ini yang membuat saya iri dan berkhayal kapan Indonesia seperti ini.

Manheim, Germany

Ketika ditawari untuk mengikuti program “Training Need Analysis for Women ” di Manheim, Jerman Barat, saya menyambut dengan gembira. Pertama pelatihan itu sangat menarik karena membahas pelatihan bagi kebutuhan kaum wanita dan yang kedua saya belum pernah ke Jerman. Pelatihan diadakan selama sebulan dikota Manheim yang berada kurang lebih 2 jam dari Frakfurt. Ada sekitar 20 orang peserta dari berbagai negara Asia, Arab dan Afrika.

Kami tinggal di asrama dengan fasilitas yang baik, saya mempunyai kamar sendiri tapi berbagi kamar mandi dengan peserta dari Indonesia juga.Makan pagi, siang dan malam disediakan dikantin asrama dengan berbagai pilihan menu. Walaupun menu yang disajikan cukup beragam, tapi seperti perut melayu pada umumnya saya hanya tahan menikmati makanan kantin selama seminggu. Selebihnya saya sarapan seadanya dan makan siang dan malam kita masak bergantian bersama teman India yang vegetarian. Maksudnya bergantian disini adalah saya yang lebih sering bertugas makan dan cuci piring sebab teman India ini lebih jago masak dari saya.

Setiap pagi mulai jam 9 sampai dengan jam 5 sore kami diberikan satu topik untuk dibahas, lalu masing-masing peserta akan membahasnya secara berkelompok dan mendiskusikan kembali dalam kelompok besar. Temanya selalu tentang bagaimana mendorong agar para perempuan melakukan pelatihan atau memilih pekerjaan diluar pekerjaan khas perempuan. Kebanyakan karir perempuan selalu berada dibidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Pelatihan ini bertujuan agar nanti kami menjadi pionir untuk mendorong wanita memilih karirnya dibidang misalnya teknologi, otomotif, pilot, dan pekerjaan lain yang masih didominasi oleh laki-laki. Peralatan pelatihan sangat memadai dan kreatif, berbagai bentuk kertas tebal dapat digunakan sebagai media untuk menulis bahan presentasi.Ada yang bulat, kotak, lonjong, segitiga dengan berbagai warna.Hasil akhir dari presentasi kita ditempelkan di soft board dan dapat berupa gambar pohon, bunga atau bentuk lain sesuka kita.

Setiap pagi saya berjalan kaki mengelilingi daerah sekitar asrama yang luas dan penuh dengan pepohonan rindang. Banyak kelinci berkeliaran dengan bebas dari yang kecil mungil sampai yang gendut, ada yang putih, coklat tapi kebanyakan berwarna abu-abu. Tidak ada yang mengganggu kelinci itu, apalagi menembaknya untuk dimakan.Bedanya negara maju dengan negara kita, kalau di tanah air kelinci tadi tidak akan berumur panjang, mereka akan berakhir di penggorengan atau ditangkap untuk dijual.

Kami sempat selama 2 hari mengunjungi Hanover untuk melihat expo yang berisi semua stand dari seluruh negara yang memamerkan keunggulannya masing-masing, termasuk Indonesia. Saya mempunyai teman Jerman di Hanover yang sudah sejak tahun 1988 tidak berjumpa sejak kami mengikuti program bersama di Amerika. Saya berkesempatan menemuinya dan diajak kerumahnya serta melihat sebuah taman yang sangat indah dan tertata dengan rapih.

Mudah-mudahan pengalaman yang saya dapatkan dalam pelatihan di Jerman dapat bermanfaat bagi kaum perempuan ditanah air. Bedanya kalau di jerman para perempuan didorong untuk maju memasuki pekerjaan di area laki-laki karena perempuan sudah merasa tanpa bekerjapun mendapatkan tunjangan, tapi kalau di Indonesia sudah banyak perempuan bekerja sebagai sopir taksi, buruh pemecah batu dan pekerjaan laki-laki lainnya karena terpaksa harus membantu mencari sesuap nasi untuk keluarganya. Nasib….

Japan

Japan International Corporation Agency mengundang pekerja muda Indonesia untuk melakukan kunjungan pertukaran pekerja muda di Jepang selama satu bulan.Saya adalah salah satu peserta yang lulus seleksi untuk mengikuti program itu.Sebelum berangkat kita dilatih selama satu minggu mengenai kebudayaan Jepang, termasuk belajar bahasa Jepang sederhana dan aturan mana yang boleh dan mana yang tidak.Pesan khusus dari pengajar ditujukan kepada peserta laki-laki yang sudah beristri agar jangan mengobral janji kepada gadis Jepang disana.Katanya pemuda Indonesia dibandingkan pemuda Jepang lebih romantis atau "gombal" dengan kata lain. Bahayanya karena gadis Jepang banyak uang , maka jangan heran jika mereka termakan rayuan kita maka akan segera menyusul dengan mudah ke Indonesia. Rupanya pesan ini memang benar, terbukti ada peserta yang ganteng dan ramah banyak mendapat hadiah dari para gadis Jepang disana.

Dari Jakarta kami naik Japan Airlines langsung ke Tokyo menggunakan kelas bisnis yang sangat nyaman.Tokyo merupakan kota modern yang indah, bersih dan rapih, seperti kota modern lainnya penduduk Tokyo dinamis dan berjalan dengan cepat seperti mengejar sesuatu.Yang cukup mengherankan untuk saya yang malas berjalan kaki, orang Jepang sangat tahan berjalan kaki berjam-jam, bahkan dikereta api mereka tidak ada yang berebut tempat duduk jika ada kursi yang kosong.Dalam keadaan berdiripun mereka menikmati buku bacaannya.Sebulan di Jepang betis saya bertambah besar dan kekar karena kemana-mana berjalan kaki.Ukuran kamar hotel walaupun termasuk hotel berbintang tergolong kecil jika dibandingkan dengan Jakarta.Di Tokyo kami diterima oleh menteri tenaga kerja Jepang dan berdialog sekitar satu jam tentang masalah ketenaga kerjaan.

Kami juga berkesempatan mengunjungi Kyoto, sebuah kota tua yang cantik, indah dan bersih dengan taman dan hutannya yang masih alami. Disini kami lebih banyak diajak mengunjungi tempat wisata misalnya kuil, istana dan musium.. Kuil di Jepang selalu berada diatas bukit, diperlukan tenaga ekstra untuk sampai keatas. Disini kami mencoba makanan para pendeta yang vegetarian. Makannanya sangat beragam dan ditempatkan dengan cantik dimangkok kecil yang banyak, tapi walaupun banyak menurut saya rasanya mirip. Yang lucu kami diajak ketempat pemandian air panas umum yang sudah modern, dimana dipisahkan pemandian laki-laki dan perempuan.Walaupun sudah diajarkan bahwa di Jepang adalah hal yang wajar mandi bersama, tapi tetap saja kami merasa risih melihat sesama jenis mandi tanpa selembar benangpun.Hiroshima juga merupakan kota bersejarah yang menarik, disana ada monumen dan musium yang menggambarkan kejam dan dahsyatnya akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika. Kalau dilihat film dokumenternya tahun 1945 Jepang tidak jauh bedanya keadaan negaranya dengan Indonesia, tapi lihat sekarang perbedaan Indonesia dengan Jepang bagaikan langit dan bumi.

Agak susah berkomunikasi dengan peserta tuan rumah, mereka tidak begitu menguasai bahasa Inggris, tapi dalam pertemuan resmi kami selalu dapat bertukar pikiran karena selalu ada penterjemah.Mereka sangat tertarik dengan kebudayaan Indonesia, sedangkan kita sangat tertarik dengan kemajuan bangsa Jepang disegala bidang, terutama pendidikan. semua buku diterjemahkan dalam bahasa Jepang, bahkan ketika kami mengunjungi satu sekolah dasar mereka menyambut dengan nyanyian "Rayuan pulau kelapa" dalam bahasa Jepang yang sangat mengharukan.Baik di sekolah maupun kantor pemerintah terutama, jika kita mau masuk kelas atau bekerja harus mengganti sepatu dengan sendal khusus untuk didalam ruangan.

Disiplin, kerja keras, tepat waktu dan kejujuran adalah hal yang sangat ditekankan dalam pembentukan karakter bangsa. Sangat mengherankan melihat pemeri
menyediakan payung dimanapun juga untuk digunakan oleh siapa saja yang tidaik membawa payung jika hari hujan.Di stasiun, terminal bis, hotel, supermarket disediakan payung jika musim hujan.Pemakai payung akan mengembalikan pada tempat yang telah disediakan jika ia telah selesai memakainya. Jika ini terjadi di Indonesia, dijamin payung tersebut akan ludes dalam sekejap mata dipakai dan disimpan dirumah masing-masing.

BUSAN – KOREA


Tanggal 29 Agustus s/d 1 September 2006 saya mengikuti Asean Regional Meeting Internasional Labor Organisation yang ke 14 di Busan Korea. Penerbangan dengan Korean Airlines langsung dari Jakarta memakan waktu kurang lebih 7 jam. Setelah transit 2 jam di Seoul penerbangan dilanjutkan ke Busan yang mempunyai jarak tempuh 1 jam. Busan merupakan kota industri terbesar nomor 2 Korea Selatan yang penduduknya lebih dari 60 % tinggal di Apartemen.Setiap gedung apartemen dilengkapi dengan fasilitas sosial yang memadai seperti sekolah, pasar dan sarana olahraga serta taman yang tertata rapi.Setiap gedung apartemen diberi nama besar secara mencolok misalnya LG atau Samsung.
Setiap berpergiaan ke Negara yang maju selalu saya perhatikan keadaan suatu kota dari atas pesawat. Begitu mau mendarat terlihat deretan jalan, gedung, apartemen dan rumah penduduk yang tertata dengan rapi dan teratur. Terlihat juga keindahan jembatan gantung yang menyeberangi laut kebanggaan kota Busan yang mempunyai panjang lebih dari 7 km. Pemandangan ini sangat kontras dengan pemandangan Jakarta misalnya dari Udara, terlihat seperti kaca pecah yang berserakan tidak beraturan. Belum lagi kalau lagi musim hujan dimana-mana banjir dan macet sehingga pemandangannya pasti akan kacau sekali.

Kebanyakan orang Korea tinggal di apartemen, setiap unit apartemen dilengkapi dengan sarana umum dan sosial yang memadai.Ada sekolah lengkap dengan lapangan olahraganya yang besar dan luas (mulai dari lapangan bola, basket dan volley sampai tennis ada).Tidak heran kualitas olahraga negara ginseng ini maju dengan pesat.Hampir semua mal, gedung pertemuan atau tempat yang saya kunjungi tertata rapi dan bersih.Kerja keras dan disiplin tinggi yang mebuat bangsa ini secara cepat melesat menjadi negara maju yang mandiri.

Sebagai penggemar mobil saya sangat menikmati pemandangan berbagai jenis mobil buatan Korea yang sangat bagus. Semua jenis mobil dari bis, truk, sedan, jeep sampai kendaraan mewah untuk presiden dan para pejabat tinggi buatan Korea, Jarang terlihat mobil merek Mercedes, BMW. Toyota, dll
TV, HP dan peralatan elektronik lainnya semuanya menggunakan produksi dalam negeri Korea seperti Samsung, LG. Akibat ketidak sukaan rakyat Korea terhadap Jepang yang pernah menjajah Korea, maka rakyat bertekad mandiri dan tidak mau menggunakan produk luar negeri terutama Jepang. Semua menunjukan bahwa bangsa ini bangga dengan produksi dalam negerinya dan mereka mendukung penuh kemajuan industri diberbagai bidang dengan menggunakan seluruh produksi dalam negerinya.

Semua buku diterjenahkan dalam bahasa Korea, sedikit sekali orang Korea yang bisa berbahasa Inggris dengan baik. Selalu tersedia penterjemah dalam dialog atau pidato resmi dalam pertemuan internasional. Selayaknyalah sebagai negara kaya Korea merasa cukup dengan menterjemahkan seluruh pengetahuan kedalam bahasa Korea, sehingga transfer of knowledge dapat secara cepat merata dinikmatioleh rakyatnya.
Komitmen yang kuat dari pemerintah dibantu dengan dukungan penuh dari semua rakyat membuat Korea sejajar dengan negara maju lainnya. Tinggal giliran kita kapan bisa seperti Korea, at least semangatnya dalam membangun negeri secara swadaya dan mandiri

Pesona Keindahan Kota Bangkok

Ibu kota Thailand, Bangkok memang belum semegah Jakarta. Namun kebersihan dan keindahan kota ini telah menjadi obyek wisata yang cukup menarik. Berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana juga terpelihara dengan baik.
Akhirnya ada juga kesempatan untuk menikmati keunikan Thailand setelah menjemput anak saya pulang kembali ke Indonesia dari Malaysia. Sebelumnya dari Malaysia kami mengambil jalan darat dengan menggunakan bus ke Singapura, karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Dari Kuala Lumpur ke Singapura memakan waktu empat jam. Sepanjang perjalanan terlihat perkebunan kelapa sawit yang teratur dan bersih.
Pemandangan sepanjang perjalanan memang kurang bervariasi tapi cukup lumayan karena busnya yang bersih dan bagus. Kami sempat beristirahat di suatu pemberhentian bus untuk makan siang. Kurang banyak variasi menu yang cocok dengan selera. Dibandingkan dengan jajanan kita yang sangat mengundang selera, menu yang tersaji di restoran ini tak membangkitkan selera makan saya. Mestinya bakso, soto, mie ayam, bubur ayam, asinan dan sejenis dapat menjadi menu andalan yang dijual di sana.
Memasuki Singapura semua koper dan tas harus diperiksa ulang melewati bagian imigrasi. Pemeriksaan berlangsung sangat cepat dan tidak bertele-tele. Singapura dan Malaysia sama bagusnya dalam hal fasilitas yang disediakan oleh pemerintahannya. Bandingkan dengan kalau kita bepergian ke Singapura lewat Batam, walau hanya dekat jaraknya dan masih bisa dipandang mata, fasilitas yang disediakan jauh berbeda.Tentu saja Singapura jauh lebih baik dari Batam dalam segala hal. Di Singapura kami hanya tinggal semalam menikmati kota belanja dengan jalan-jalan di sekitar Orchad Road.

Kemudian, dengan menumpang Singapore Airline kami terbang ke Thailand yang memakan waktu sekitar dua jam. Hal pertama yang menarik perhatian ternyata kota Bangkok tidak seindah Jakarta. Jarang terlihat taman kota yang indah. Jalanannya juga macet, suasananya mirip daerah kota, gersang dan biasa. Bandara Bangkok besar modern dan megah, wah rasanya hanya Jakarta nih yang bandaranya masih kuno dan kecil.
Di sepanjang jalan terpampang foto raja Thailand dan keluarganya yang sangat dicintai rakyatnya. Segala macam kegiatan raja dan ratu dibuat dalam bentuk poster besar yang ditempelkan di mana-mana. Ketika malam tiba kami berjalan-jalan menikmati pemandangan dengan naik perahu, melihat-lihat daerah sekitar. Terjawab sudah kenapa Bangkok menjadi tujuan utama para wisatawan mancanegara. Rupanya keamanan sangat terjaga di sana, walaupun kita turis berjalan-jalan sampai malam, tidak terlihat ada preman atau pengemis di jalan. Semua orang dapat dengan tenang menikmati kehidupannya tanpa takut ada gangguan.
Thailand juga merupakan surga makanan. Semua makanan Thailand sangat lezat, kecuali yang beragama Islam harus hati-hati memilih makanan halal di sana, sebab banyak makanan yang kelihatannya menarik selera tapi tidak halal.
Kalau di Indonesia banyak rumah makan yang menyediakan pecel lele di Thailand juga ada. Bedanya, mereka berkeliling dengan gerobak seperti gerobak rujak lengkap dengan kompor arang dan penggorengan. Aroma terasi untuk sambal dan juga irisan lalapan segar persis seperti pecel lele kita. Yang namanya duren Bangkok kita tak usah repot-repot memilih dengan cara mencium atau mencoba terlebih dahulu, di sana dijamin rasa duren standar, semuanya enak. Ada juga ketan kukus yang dimasak dengan santan disantap dengan irisan mangga yang enak dan manis.
Rasanya semua buah di Bankok tak ada yang tidak enak mulai dari jeruk, jambu, mangga, rambutan, semuanya jauh lebih enak dari yang kita punya di sini. Hampir tiap hari saya membeli buah yang lezat di pasar tradisional dekat hotel. Tukang rujaknya menyediakan komplit persediaan buah-buahannya dengan sangat lengkap. Bedanya, hanya sambalnya saja yang kering.

Dari Bangkok kami ke Chiang Mai yang memakan waktu 45 menit dengan penerbangan Thai.Kota ini setara besarnya dengan Surabaya, bandaranya internasional, modern dan bersih.Harga makanan, barang khas Thailand seperti souvenir jauh lebih murah disini. Ada satu pasar malam “Night Bazaar” yang terkenal yang buka sampai jam 12 malam.Wow rasanya semua murah dan bagus, tidak terasa persediaan uang “bath” kami cepat menipis.Disini juga aman dan santai, penjualnya tidak memaksa kami untuk membeli atau berebut untuk menawarkan dagangannya. Sutera Thailand yang terkenal halus dan kuat dapat dibeli disini dengan harga dari Rp 50.000 sampai Rp 300.000,- perlembarnya.Souvenir yang berbentuk kodok dari kayu dan kalau digosok dengan tongkat kecil akan mengeluarkan suara seperti kodok sangat lucu dan kreatif.

Malam harinya kami mengunjungi suatu tempat berupa rumah kayu tradisional yang besar, dimana kita duduk lesehan dibawah.Makanan yang disediakan adalah nasi beserta lauknya, ketan, dan pisang goreng .Pengunjung disambut dengan kalungan bunga melati lalu difoto dengan latar belakang dua gadis Thailand dengan baju tradisional.Sambil makan kita dihibur oleh tarian gadis Thai yang cantik dan lemah gemulai, juga ada pertunjukan seperti silat. Yang lucu adalah tarian tradisonal lainnya yang kelihatannya hanya berputar mengelilingi api unggun (buatan) lalu sambil bernyanyi mereka masuk kembali dan berganti pakaian sampai beberapa kali.Ga jelas nih mode show atau tarian maksudnya.

Rasanya Indonesia kalau bisa mengemas pertunjukan dengan cara seperti ini dapat dipastikan kita jauh lebih beragam tarian dan makanannya. Masih banyak kendala yang harus dihadapi untuk membuat orang mau datang berduyun ke Indonesia. Masalah premanisme (menjual barang atau makanan atau kendaraan umum yang harganya jauh lebih mahal untuk turis), berbeda dengan Thailand yang sadar betul turis adalah devisa sehingga mereka memberikan harga yang wajar dan murah baik untuk turis maupun orang lokal.Masalah kebersihan bandara sebagai pintu gerbang, waduh kok begitu beda antara toilet umum di bandara Thailand yang bersih dan wangi serta selalu ada tissue, dibandingkan dengan bandara kita yang kumuh, bau pesing dan boro-boro ada tisunya.Tidak heran Thailand menjadi tujuan wisata yang menyenangkan.

Pesona Jenewa

Beberapa waktu lalu, Presiden Direktur PT Persaels mengikuti konferensi perburuhan se-dunia (ILC) di Jenewa, kota tua di Swiss yang menyimpan sejuta pesona. Berikut cuplikan kisahnya:
Sebelum berangkat untuk mengikuti sidang tahunan ke 95 International Labour Conference (ILC) saya tidak sempat mengecek berapa suhu udara di sana. Karena sudah masuk ke musim semi, maka saya perkirakan cuaca sekitar 18 sampai 20 derajat C. Begitu mendarat di bandara Zurich dan keluar dari pesawat, angin dingin terasa menusuk tulang diitambah hujan gerimis membuat saya kedinginan. Saya menyesal tidak membawa persediaan baju hangat yang memadai. Rupanya suhu masih antara 10 - 12 derajat C.
Suasana demam piala dunia sepakbola 2006 sudah mulai terasa begitu memasuki bandara Dubai International Airport.Semua pesawat Emirates ditulis “Official partner for world Cup 2006, Germany “. Di Genewa rupanya ada pertandinganpersahabatan antara Brazil dan New Zealand.Sepanjang jalan dipenuhi para supporter Brazil yang mengenakan kostum berwarna hijau kuning.
Memasuki hari ketiga apalagi sudah menuju kearah selatan daerah yang lebih hangat yaitu Geneva membuat perjalanan ini menjadi lebih menyenangkan. Walaupun masih musim semi, matahari sampai jam 22.00 masih bisa dinikmati sambil minum kopi menghadap danau atau sungai yang jernih dengan latar belakang pegunungan yang hijau.Walaupun menurut ukurn orang asia udara masih sejuk tapi orang Swiss pada saat istirahat makan siang sudah mulai berjemur diri ditaman sambil menikmati makan siang.
Rata-rata kota di Swiss dikelilingi oleh pegunungan Alpen yang masih menyisakan salju di puncaknya dan juga memiliki sungai dan danau yang jernih dan banyak ikannya. Ada tiga bahasa yang sering dipakai di Swiss yakni bahasa Jerman yang merupakan bahasa nasional, bahasa Perancis dan bahasa Italia. Jadi, jika Anda baru saja belajar menggunakan bahasa Jerman dengan Gutten Morgen ketika di Zurich, begitu sampai di Geneva sudah berubah lagi menjadi Bonjour. Sayang sekali, saya tidak sempat menginjakkan kaki di daerah yang berbatasan dengan Italia, sehingga ucapan salam Bonjorno belum sempat dipakai.
Sepanjang pengamatan saya, rata-rata orang Swiss cantik dan ganteng. Wanitanya ramping dengan kulitnya yang halus. Laki-lakinya juga ganteng dan menarik, termasuk kondektur kereta api yang saya saya jumpai, yang gantengnya mirip dengan David Beckham. Mereka juga ramah dan helpfull jika kita menanyakan tentang sesuatu. Angkutan umum seperti kereta api, bis dan boat sangat baik dan nyaman.Jangan tanya berapa harganya, sebab jarak sekitar 10 km saja kita harus membayar sekitar Rp 30.000/sekali perjalanan. Lebih baik membeli karcis terusan yang dapat digunakan untuk angkutan kereta api, bis dan boat.
Saya membeli karcis terusan untuk 4 hari yang bisa digunakan tidak secara berurutan yang dapat digunakan untuk seluruh Swiss dengan harga 295 Swiss frank.Harga ini kalau di kurs cukup mahal sekitar Rp 2.250.000,- tapi jauh lebih murah dibandingkan jika kita membeli secara satuan. Dengan karcis ini saya berkeliling ke Lucerne, suatu kota tujuan wisata yang sangat indah yang jaraknya 2 jam dari Zurich.
Saya juga menikmati indahnya danau di Lucerne dengan naik kapal pesiar yang berkeliling melewati kota-kota kecil yang indah di sekitar pegunungan. Jangan lupa untuk mengambil rute "Golden Panaromic" yaitu sebuah perjalanan dengan kereta wisata yang memakan waktu sekitar 10 Jam pulang pergi menikmati indahnya seluruh dataran Swiss dengan pemandangan alamanya yang sangat bersih dan indah.
Soal makanan, di kota ini sangat mahal. Makan siang yang sederhana di restoran Thai, misalnya nasi dengan tumis ayam dan sayur serta teh panas menghabiskan sekitar Rp140.000/orang.
Sebenarnya masih banyak obyek iwisata utama di Jenewa. Misalnya Jet d'Eau (jet-air atau air mancur) dengan ketinggian 140 meter di Danau Jenewa yang dapat dilihat dari seluruh kota. Tempat wisata lainnya adalah Flower Clock, Art and History Museum (Museum Seni dan Sejarah), International Red Cross and Red Crescent Museum (Museum Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional), serta Palais des Nations yang merupakan markas PBB di Eropa.
Setelah beberapa hari menikmati indahnya Jenewa, saya jadi teringat Indonesia. Rasanya kita banyak mempunyai pemandangan yang sama indahnya dengan Swiss, tapi perbedaan besarnya adalah di Indonesia sampah bertebaran dimana-mana.

Jumat, 20 Februari 2009

All Around the World

Ini lah blog ke 2 dari Iftida Yasar, yang membahas khusus mengenai daerah-daerah pariwisata, tidak hanya di indonesia tetapi juga yang berada di luar Indonesia....